HarianPapua.co – Keberadaan minuman keras (miras) di Papua memang menjadi salah satu sumber “masalah besar” yang tak pernah berujung. Ada 2 faktor kunci yang menjadi penyebab miras tumbuh subur di Papua sejak dulu hingga kini. Kedua faktor itu, pertama adalah peran pemerintah yang sangat minim dalam memberantas miras. Semakin suburnya tempat-tempat penjualan miras menunjukan bahwa Pemerintah cukup menikmati keberadaan miras tersebut dengan mudahnya perijinan yang diberikan kepada pengusaha.
Faktor kedua, kesadaran masyarakat akan bahaya miras yang sangat rendah sehingga selalu saja pergi beli, minum dan mendapatkan masalah dari minuman tersebut. Miras tidak hanya sampai di mabuk, namun juga masalah seperti KDRT, lakalantas, hingga aksi kekerasan terhadap sesama masyarakat akibat pengaruh miras juga tak jarang terjadi, di sekitar lingkungan tempat tinggal kita.
Pejabat dan Pengusaha Makin Kaya
Miras dapat tumbuh subur hingga hari ini tak lepas dari peran Pemerintah itu sendiri, sebagai pemegang kebijakan publik di Papua. Jika memang benar para kepala daerah peduli kepada rakyatnya, apalagi dalam hal Orang Asli Papua (OAP), seharusnya miras di Papua diberikan regulasi yang sangat ketat agar tidak mudah sampai ke tangan masyarakat, meskipun keinginan membeli itu ada di hati masyarakat.
Sayangnya miras ini memang lahan yang sangat basah di Papua bagi para kepala daerah. Pungutan pajak resmi mau pun pajak tidak resmi kepada pengusaha agar usahanya tetap eksis sudah menjadi rahasia umum miras tetap tumbuh subur sampai hari ini. Masyarakat sebagai objek, lupa bahwa miras yang mereka beli setiap hari, setiap malam minggu, setiap habis gajian, setiap dapat dana proyek dan kapan saja, itu terus menerus hanya untuk memperkaya pejabat daerah dan para pengusaha-pengusaha miras di Papua.
Rakyat Hanya Dapat Mabuk, Uang Habis dan Masalah Lain Dari Miras
Sejalan dengan pejabat dan pengusaha yang makin kaya, ternyata konsumsi miras ini selain tidak memiliki manfaat bagi masyarakat, juga menjadi salah satu potensi sumber masalah di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah timbul dari miras. Sehabis minum bersama rekan-rekannya, seseorang yang pulang ke rumah menggunakan kendaraan roda dua mau pun roda empat berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Belum lama dari pendengaran kita, Wakil Bupati Yalimo Erdi Dabi menabrak seorang Polwan Sat Propam Polda Papua usai pesta miras dengan teman-temannya di Kota Jayapura. Ini merupakan satu contoh kasus yang sudah sangat sering terjadi di sekitar kita sebagai akibat dari miras yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Contoh kasus lain, seandainya seseorang yang di bawah pengaruh minuman keras itu pulang ke rumah dan bertemu keluarganya, potensi masalah lain yang dapat terjadi adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Entah itu suami pukul isteri, suami pukul anak atau anak bentak orang tua. Ini juga masalah yang sering terjadi hampir setiap hari di lingkungan sekitar kita sebagai dampak negatif miras itu sendiri.
Masalah lain dari miras, miras membuat seseorang menjadi tidak produktif. Tidur terlambat, bangun terlambat, banyak pekerjaan terbengkalai, ke kantor terlambat, ke sekolah terlambat, ke kampus terlambat, ke rumah ibadah terlambat dan semua aktivitas positif lainnya menjadi terhambat. Miras juga sumber masalah bagi kesehatan. Banyak orang muda Papua, usia belum mencapai 40 tahun, namun sudah harus hidup sakit-sakitan bahkan tak sedikit yang meninggal dunia. Semua karena miras. Padahal, miras hanya memberikan kita mabuk, tidak ada keuntungan lain.
Semakin masyarakat membeli dan menegak miras, maka di saat itulah pejabat dan pengusaha makin kaya, dan semua masalah di atas menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. So, jika ingin Papua bebas dari miras, tidak ada harapan yang bisa kita gantungkan kepada pemerintah untuk membatasi ijin penjualan miras, atau harapan kepada pengusaha untuk menutup usaha mereka. Harapan Papua bebas dari miras terletak di pundak setiap Orang Papua itu sendiri.
Jika kesadaran untuk tidak menegak miras sudah ditanam sejak diri, maka perlahan-lahan, angka konsumsi miras di Papua akan menurun. Jika sudah begitu, tentu masalah-masalah yang timbul sebagai dampak dari miras akan mudah untuk dikurangi di waktu-waktu yang akan datang.
Persoalan miras, masyarakat tidak bisa berharap kepada Pemerintah karena Pemerintah pun punya kepentingan, toh Wakil Bupati saja bisa menegak miras. Kini harapan itu hanya ada di masing-masing individu masyarakat Papua. Jika ingin membebaskan Papua dari miras, tidak perlu demo ke Kantor DPR, tidak perlu protes ke sana protes ke sini, cukup bebaskan diri sendiri dari miras, dan ajak orang terdekat yang doyan miras di sekitar tempat tinggal kita untuk meninggalkan miras.
Start small, mulailah dari langkah kecil yaitu diri sendiri kemudian mengajak orang lain untuk menjauhi miras. Isi waktu berharga kita, waktu muda kita dengan hal-hal positif sehingga perlahan-lahan, miras itu bukan lagi menjadi momok bagi Orang Papua, namun menjadi momok bagi pejabat dan pengusaha itu sendiri karena minimnya peminat miras di Papua.
Discussion about this post