Harianpapua.co – Masyarakat Kota Jayapura tengah menghadapi situasi krisis air bersih dalam beberapa bulan belakangan. Hampir setiap hari, air yang ditunggu siang dan malam tidak mengalir. Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, Entis Sutisna mengakui bahwa Kota Jayapura tengah berada dalam situasi krisis air bersih karena beberapa faktor, sehingga cadangan air di bak-bak penampungan milik PDAM mengalami penurunan.
Faktor-faktor tersebut antara lain dikarenakan alih fungsi lahan penyangga air menjadi lahan perkebunan milik warga, pembangunan rumah dan penebangan pohon secara liar sehingga mengakibatkan debit air bersih menjadi berkurang. Krisis pun tak bisa dihindarkan seperti yang sedang terjadi saat ini.
“Ini merupakan tahun terparah sepanjang sejarah PDAM. Sumber air kering dan curah hujan tidak seperti tahun sebelumnya,” beber Entis Sutisna, Rabu (23/09).
Oleh karena hal tersebut, pihaknya meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas berkebun atau membangun rumah di kawasan penyangga air. Hal ini bukan saja berdampak pada krisis air bersih yang dialami, namun juga potensi bencana banjir yang mengancam jika musim penghujan tiba di akhir tahun nanti.
“Sebab itu akan merusak sumber air bersih dan lingkungan. Jangan sampai kita mewariskan air mata bagi anak cucu nantinya, tetapi mari kita warisi air kehidupan,” katanya.
Entis menambahkan, PDAM Jayapura saat ini membutuhkan kurang lebih 800-900 liter air per detik untuk melayani kebutuhan 35 ribu pelanggan air bersih di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Sayangnya, dari jumlah kebutuhan yang ada, saat ini PDAM Jayapura hanya mampu mengakomodir sekitar 50 persen dari kebutuhan tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat kini terpaksa membeli air bersih yang dijual di jalan-jalan dengan harga yang relatif mahal 120-150 ribu per tandon 1200 liter.
“PDAM rata-rata membutuhkan kecepatan 895 liter per detik ketersediaan air untuk kota dan kabupaten. Untuk kota sendiri butuh 805 liter per detik, tetapi saat ini hanya 50 persen yang jalan,” bebernya lagi.
Keluhan PDAM bukan tanpa alasan. Saat ini, hampir di setiap lereng-lereng gunung di Kota Jayapura sudah berubah menjadi kebun dan dipenuhi rumah atau bangunan semi permanen (gubuk) milik masyarakat sehingga lokasi yang tadinya menjadi harapan kawasan penyimpan air, sekarang sudah tidak ada lagi.
Kini PDAM Jayapura tengah melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR dan Balai Wilayah Sungai agar dapat memanfaatkan air bersih dari Danau Sentani sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih warga. Diharapkan, dalam beberapa waktu ke depan Kota Jayapura tidak lagi mengalami krisis air bersih.
Discussion about this post