HarianPapua.co – Walikota Jayapura, Benhur Tommy Mano atau yang sering disapa BTM mengungkapkan akan melakukan pemberhentian pelaksanaan rapid test Covid-19 dengan alasan anggaran telah habis.
“Dana kami sudah habis. Sementara angka positif Covid-19 terus bertambah karena kami gencar melakukan rapid test massal pada warga. Jadi, saya minta agar gugus tugas tidak lagi lakukan rapid test massal,” kata Tomi di Jayapura, beberapa waktu lalu.
Diberhentikannya pelaksaan rapid test Covid-19 menurut BTM dilakukan karena pemerintah juga memerlukan perhatian untuk sektor lain seperti perekonomian, pendidikan bahkan hingga infrastruktur.
“Rumah sakit kita sudah penuh. Tak bisa lagi menampung pasien yang terus bertambah karena setiap hari kita temukan ada kasus positif dengan rapid test massal. Jadi, saya mau hentikan rapid massal ini,” katanya.
Ia menyebut jumlah pasien Covid-19 di Kota Jayapura naik setiap hari. “Selama ini kan petugas gugus kita gencar lakukan rapid test massal. Akibatnya, jumlah positif kita terus bertambah,” tuturnya.
Dia tak menampik, memang dengan rapid test massal pada masyarakat, tim gugus bisa mendeteksi kasus sedini mungkin. Imbas positifnya, mereka bisa cepat melakukan penanganan. Namun, itu jadi ironi saat kasus positif yang makin tinggi dan kapasitas rumah sakit yang terbatas. Lalu, dengan dana yang sudah menipis maka rapid massal dihentikan sementara menjadi solusi.
“Kami sudah mengambil kebijakan untuk pasien positif akan isolasi mandiri. Tetapi, puskesmas setempat harus bertanggung jawab untuk mereka yang isolasi mandiri,” tuturnya.
Kemudian, ia menyinggung bila Pemkot Jayapura saat ini masih menunggu dana sebesar Rp18 miliar yang dijanjikan Pemprov Papua.
“Kalau dana ini sudah cair, kita bisa lanjutkan untuk sewa hotel bagi pasien karena sudah terbukti tingkat kesembuhan pasien lebih tinggi di tempat tersebut,” ujarnya.
Discussion about this post